1. JUDUL :
PENGARUH PROGRAM KB VASEKTOMI TERHADAP KEADILAN GENDER PADA PEREMPUAN (pada masyarakat desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kanupaten Banjarnegara)
2. PENDAHULUAN
2.1 LATAR BELAKANG
Banyak tulisan dan analisis yang merekam kondisi perempuan dalam konteks yang beraneka ragam: baik dari sisi bahasannya (kesehatan, pendidikan, kekerasan terhadap perempuan, partisipasi politik) maupun cara melihat kondisi tersebut (misalnya: teori sosial, pendekatan ekonomi, ideologi gender). Diantara sekian banyak permasalahan yang perlu dipikirkan solusinya tersebut, tidak ada satu masalah yang lebih penting dibanding yang lain.
Bagi perempuan di Indonesia, masalah kesehatan dan pendidikan merupakan masalah penting dilihat dari urgensi dan besarnya permasalahan. Dalam bidang kesehatan, misalnya, penerapan program KB (keluarga berencana) dalam tiga puluh tahun terakhir membuktikan fokus pemerintah pada alat reproduksi perempuan dalam mengendalikan jumlah penduduk. Kesehatan reproduksi perempuan terkait dengan berbagai hal sebagai berikut : Kebijakan kependudukan, muncul dan berkembangnya penyakit HIV/AIDS dan PMS (penyakit menular seksual), kecenderungan aktivitas seksual pada usia yang semakin muda.
Kesehatan reproduksi perempuan tidak terpisah dengan kebijakan kependudukan. Kebijakan kependudukan meliputi dua hal yang mendasar, yaitu :
1. Pengendalian fertilitas adalah hak perempuan dan laki-laki untuk mengambil keputusan tentang kapasitas reproduksi mereka.
2. Pengendalian penduduk merupakan usaha pihak luar, pemerintah nasional, badan-badan internasional,atau lembaga agama, untuk mengendalikan hak keluarga dalam mengambil keputusan tentang jumlah anak yang diinginkan.
Oleh karena itu, kebijakan pendudukan menjadi bagian dari pendekatan kesejahteraan karena fokusnya adalah perempuan sebagai ibu atau calon ibu.
Banyak hal dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat fertilitas seperti : kondisi kesehatan yang lebih baik, penghapusan buta aksara, peningkatan kesempatan kerja bagi perempuan dan pemberdayaan perempuan. Namun tindakan ini tidak langsung berpengaruh dan efeknya tidak segera terasakan . Lain halnya dengan program Keluarga Berencana (KB). Pada masa pemerintahan Soeharto, KB yang dilarang pada masa Soekarno justru dijadikan program nasional besar. Dalam dua dasawarsa penerapan KB di Indonesia, tingkat fertilitas turun total dari 5,5 menjadi 3 kelahiran per perempuan, sementara tingkat kelahiran kasar turun dari 43 menjadi 28 kelahiran per 1000 . Hal ini dicatat sebagai keberhasilan Indonesia dalam menangani masalah kependudukan, bahkan Indonesia dijadikan model teladan negara berkembang.
Dengan berkembangnya progran KB yang dicanangkan dan sebagian besar ditujukan pada perempuan. Sekarang telah ada program KB yang ditujukan kepada laki-laki yaitu program KB Vasektomi. "Vasektomi merupakan salah satu cara KB untuk laki-laki dengan menutup saluran mani melalui operasi kecil yang lebih ringan dari pada sunat atau khitanan. Tujuannya, menghalangi perjalanan spermatozoa (sel mani atau bibit) pada laki-laki. Bekas operasihanya berupa satu luka di tengah atau dua luka kecil kanan kiri kantung Zakar".
Adapun persayaratan bagi para peserta yang ingin melakukan KB dengan cara vasektomi antara lain, suami memiliki badan yang sehat, sukarela, bahagia (jumlah anak sudah cukup), umur minimal istri tidak kurang dari 25 tahun dan mengetahui kelebihan dan keterbatasan Vasektomi.
Sedangkan untuk peserta yang tidak boleh menjadi peserta Vasektomi adalah suami yang mengidap kencing manis, hernia (turun berok), kudis dan koreng di daerah scrotum (kantung pelir), tekanan darah tinggi, pembekuan darah atau keadaan kejiwaan yang tidak stabil.
Dalam melaksanakan operasi, jika tindakan medis dilakukan secara benar maka tingkat keberhasilan mencegah kehamilan sangat tinggi, yakni 99%. Dan tingkat kegagalan mencapai 15% karena rekanalasi (penyambungan kembali) spontan yang dalam praktek jarang sekali terjadi.
Kelebihan dari program vasektomi antara lain tidak mengganggu hubungan seksual antara suami istri, aman dan nyaman, efek samping kecil, biaya murah, dilakukan oleh dokter terlatih. Namun dari program ini juga memiliki keterbatasan antara lain seperti dokter terlatih dan sarana tempat pelayanan yang terbatas. Dan kendala lain dalam melaksanakan program KB Vasektomi adalah masih kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang KB dengan cara vasektomi, sehingga KB dengan cara vasektomi masih kurang diminati. Apakah dengan adanya program KB vasektomi akan memberikan kesejahteraan bagi perempuan?
Dari adanya uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH PROGRAM KB VASEKTOMI TERHADAP KEADILAN GENDER PADA PEREMPUAN (pada masyarakat desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara)
2.2 BATASAN MASALAH
Program Keluarga Berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka; mencegah kehamilan yang belum/tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan, dan kematian; menyediakan pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima, dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan.
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaaan sejahtera fisik, mental dan sosial-budaya yang utuh bukan hanya bebas dari kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (ICPD 1994).
Hak-hak Reproduksi adalah hak yang dimiliki setiap individu, dan merupakan bagian dari hak asasi manusia untuk terwujudnya kesehatan individu secara utuh, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan norma-norma hidup sehat.
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki, yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Responsif Gender adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang responsif gender adalah pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan dengan memperhatikan kepentingan dengan memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki.
Keadilan Gender adalah suatu kondisi yang sejajar dan seimbang secara harmonis dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki.
Partisipasi Pria adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggungjawab laki-laki/suami dalam pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi.
Program KB Vasektomi adalah salah satu cara KB untuk laki-laki dengan menutup saluran mani melalui operasi kecil yang lebih ringan dari pada sunat atau khitanan. Tujuannya, menghalangi perjalanan spermatozoa (sel mani atau bibit) pada laki-laki.
2.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumusankan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah masyarakat desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara sudah mengetahui tentang adanya program KB dengan cara Vasektomi?
2. Apakah terdapat pengaruh program KB Vasektomi terhadap keadilan gender pada perempuan di desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kanupaten Banjarnegara?
2.4 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah masyarakat desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kanupaten Banjarnegara sudah mengetahui tentang adanya program KB dengan cara Vasektomi.
2. Untuk mengetahui pengaruh program KB Vasektomi terhadap kesejahteraan perempuan di desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kanupaten Banjarnegara.
2.5 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini, diharapkan :
1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam rangka memberikan kebijakan tentang program keluarga berencana yang sesuai dengan keadilan gender.
2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang program KB dengan cara Vasektomi.
3. Dapat mengetahui seberapa besar pengaruh program KB Vasektomi terhadap kesejahteraan perempuan di desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kanupaten Banjarnegara.
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Program KB
Program Keluarga Berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka; mencegah kehamilan yang belum/tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan, dan kematian; menyediakan pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima, dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan (BKKBN, 2001)
Tujuan pembangunan Program KB Nasional adalah meningkatkan kualitas program KB untuk memenuhi hak-hak reproduksi, kesehatan reproduksi, pemberdayaan keluarga, pengentasan keluarga miskin, peningkatan kesejahteraan anak, pemberdayaan perempuan dan pengendalian kelahiran agar terwujud keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang pada akhirnya menuju terwujudnya keluarga berkualitas (BKKB, 2003: 3).
Penyelenggaraan Program KB Nasional pada era baru adalah agar dapat memenuhi kepastian hukum dan peraturan perundang-undangan yang diatur secara menyeluruh dengan dibatasi oleh norma globalisasi, asas kepatutan dan keadilan, transparansi, demokrasi serta akuntabilitas. Upaya atau batasan-batasan dimaksud adalah untuk penguatan dan pemberdayaan keluarga dalam mencapai masyarakat madani sebagaimana ditetapkan dalam UU No.10 th 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan telah dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21 dan 27 tahun 1994 (BKKBN, 2003: 3).
Sesuai dengan UU Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, amanat GBHN 1999, UU No.22 tahun 1999, UU No.25 tahun 1999 tentang Propenas, membawa perubahan terhadap Visi dan Misi program KB nasional dengan visi “Keluarga Berkualitas 2015” suatu keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misi yang diemban oleh Program KB Nasional untuk mencapai visi baru tersebut adalah:
1. memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas,
2. menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga,
3. meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi,
4. meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi,
5. meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB,
6. mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia.
7. menyediakan data dan informasi keluarga berskala mikro untuk pengelolaan pembangunan, khususnya menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin.
(BKKBN, 2003: 4)
3.2 Program KB Vasektomi
Program KB Vasektomi adalah salah satu cara KB untuk laki-laki dengan menutup saluran mani melalui operasi kecil yang lebih ringan dari pada sunat atau khitanan. Tujuannya, menghalangi perjalanan spermatozoa (sel mani atau bibit) pada laki-laki (BKKBN, 2002).
Kelebihan dari program vasektomi antara lain tidak mengganggu hubungan seksual antara suami istri, aman dan nyaman, efek samping kecil, biaya murah, dilakukan oleh dokter terlatih. Namun dari program ini juga memiliki keterbatasan antara lain seperti dokter terlatih dan sarana tempat pelayanan yang terbatas. Dan kendala lain dalam melaksanakan program KB Vasektomi adalah masih kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang KB dengan cara vasektomi, sehingga KB dengan cara vasektomi masih kurang diminati (BKKBN, 2002).
3.3 Keadilan Gender pada Perempuan
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran fungsi, dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki, yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan jaman (mansur Fakih, 2010: 7).
Keadilan Gender pada perempuan adalah suatu kondisi yang sejajar dan seimbang secara harmonis dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki.
4. LANDASAN TEORI
Peran suami dalam keluarga, suami sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran :
1. Mengatur tenaga kerja keluarga
2. Memecahkan masalah atau persoalan-persoalan dalam keluarga
3. Melindungi seluruh anggota keluarga
4. Menjalankan tugas sebagai pencari nafkah keluarga
(Goode, 1985: 144)
Dalam penelitian yang akan dilakukan, penulis akan menganalisis pengaruh program KB vasektomi terhadap keadilan gender pada perempuan didesa Gembongan, kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan dalam keluarga.
Pengambilan keputusan adalah membicarakan kekuasaan dan otonomi dalam keluarga. Kekuasaan dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan dalam keluarga tersebut dengan sama nilainya atau tidak sama nilainya khususnya antara suami dan istri (Sayogyo, 1985: 39).
Dalam masyarakat patriarkhat, suami dan istri dianggap wajar bahwa suamilah yang lebih banyak mengambil keputusan dalam macam-macam hal yang bersangkutan dengan kehidupan keluarganya. Tetapi dalam kenyataannya terdapat berbagai variasi dari pola tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa ada faktor lain kecuali wewenang keluarga masing-masing yang mendorong suami istri untuk mengambil keputusan ( Blood dan Wolfe, 1960: 11-15)
Suatu analisis mengenai hubungan antara pria dan wanita harus diputuskan pada apa yang sesungguhnya dilakukan oleh suami isti tersebut pada pemahaman-pemahaman budaya yang mendasari tindakan-tindakannya, termasuk dalam pengambilan keputusan ( moore, 1998: 36).
Pola relasi suami istri.
Menurut Scanzoni dan Scanzoni (1981) dalam Ihromi, hubungan suami istri dapat dibedakan menurut pola perkawinan yang ada. Terdapat 4 macam pola perkawinan :
1. Pola perkawinan owner property
Pada pola perkawinan ini, isrti dianggap bukan sebagai pribadi melainkan sebagai perpajangan suaminya saja. Ia hanya merupakan kepentingan kebutuhan, ambisi dan cita-cita dari suami. Suami adalah bos dan istri harus dapat dikuatkan dengan adanya norma bahwa istri tunduk dan tergatung pada suami secara ekonomis.
2. Pola perkawinan head-complement
Pada pola perkawinan ini pola secara sosial istri menjadi atribut sosilal suami yang penting. Istri harus mencerminkan posisi dan martabat suaminya, baik dalam tingkat laku sosial maupun dalam penampilan fisik.
3. Pola perkawinan senior-junior partner
Posisi istri tidak lebih sebagai pelengkap suami, tetapi sudah menjadi teman. Perubahan ini terjadi karena istri juga memberikan sumbangan secara ekonomis meskipun pencari nafkah utama tetap suami.
4. Pola perkawinan equal partner
Dalam pola ini tidak ada posisi yang lebih tinggi atau rendah diantara suami istri. Istri mendapat hak dan kewajiban yang sama untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan melakukan tugas-tugas rumah tangga. Tugas suami sama pentingnya dengan pekerjaan istri. Dengan demikian istri dpat menjadi pencari nafkah utama artinya istri dapat berada didalam posisi yang lebih tinggi.
Dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan yang tepat antara suami dan istri didalam keluarga akan memudahkan pemilihan alat sentralisasi KB yang tepat. Sehingga keadilan gender dapat diterapkan dalam keluarga.
Selain menggunkan analisis pengambilan keputusan, penulis juga menggunakan teori feminisme radikal untuk menganalis pengaruh program KB vasektomi terhadap keadilan gender pada perempuan didesa Gembongan, kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara.
Feminisme radikal muncul sebagai reaksi atas kultur sexism atau diskriminasi sosila berdasarkan jenis kelamin di Barat pada tahun 60-an, khususnya sangat penting dalam melawan kekerasan seksual dan pornografi (Brownmiller, 1976). Aliran feminisme ini menganggap bahwa penguasan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan seksual, adalah penindasan terhadap kaum perempuan (Jaggar, 1977). Bagi gerakan feminisme radiakal, revolusi terjadi pada setiap perempuan yang telah mengambil aksi untuk merubah gaya hidup, pengalaman dan hubunagn mereka sendiri terhadap kaum laki-laki. Dengan kata lain, bagi gerakan feminisme radikal, revolusi dan perlawanan atas penindasan perempuan bisa dalam bentuk yang sangat personal: urusan subyektif individu perempuan.
Dengan menggunakan teori femisnisme radikal, bahwa dengan adanya program KB vasektomi akan mengurangi penindasan terhadap kaum perempuan atas pemaksaan penggunaan alat sentralisasi KB.
5. KERANGKA BERFIKIR
Alur dari penelitian ini yaitu mengetahui apa si program KB Program vasektomi adalah salah satu cara KB untuk laki-laki dengan menutup saluran mani melalui operasi kecil yang lebih ringan dari pada sunat atau khitanan. Tujuannya, menghalangi perjalanan spermatozoa (sel mani atau bibit) pada laki-laki (BKKBN, 2002). Dan mengetahui apa si keadilan gender pada perempuan? Keadilan Gender pada perempuan adalah suatu kondisi yang sejajar dan seimbang secara harmonis dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki.
Lalu melakukan penelitian di masyarakat desa gembongan, sigaluh, Banjarnegara apakah ada pengaruh program vasektomi terhadap keadilan gender pada perempuan? dengan adanya program KB Vasektomi akan mengurangi Beban perempuan dalam penggunaan alat kontrasepsi sehingga tercapainya keadilan gender pada perempuan dibidang Keluarga Berencana. Untuk menjawab hipotesis Terdapat pengaruh yang signifikan antara program KB vasektomi terhadap keadilan gender pada perempuan.
6. METODE PENELITIAN
6.1 Metode Penelitian
Metode Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian kuantitatif.
6.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto 2006 : 130). Sebagai populasinya adalah keseluruhan masyarakat desa Gembongan Kecamatan sigaluh Kabupaten Banjarnegara.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2006 : 131). Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan Simple Random Sampling, dimana dengan besarnya populasi masyarakat desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara akan diambil sampel secara acak tanpa memperhatikan strata.
6.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian, metode pengumpulan data yang diinginkan adalah :
1. Kuesioner (Angket)
Angket atau kuesioner adalah sejum lah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006 : 151).
Keuntungan penggunaan angket adalah :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3. Dapat dijawab menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anomim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malum menjawab.
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan ynag benar-benar sama.
Kelemahan penggunaaan angket adalah :
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab.
2. Sulit untuk dicari validitasnya.
3. Kadang responden memberikan jawaban yang tidak sesuai atau tidak benar.
4. Sering terjadi keterlambatan dalam pengembalian angket.
Dalam penelitian ini menggunakan angket. Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Dengan angket, responden mudah memberikan jawaban karena alternatif jawan sudah disediakan dan membutuhkan waktu singkat dalam menjawabnya.
Angket akan ditujukan kepada sampel dari masyarakat desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.. Angket yang didinginkan oleh peneliti adalah angket dengan jawaban tertutup yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya. Responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Dengan angket ini diharapkan dapat diketahui tentang seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang program KB vasektomi, manfaat adanya program KB vasektomi, seberapa besar pengaruh program KB vasektomi terhadap kesejahteraan perempuan di desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.
2. Dokumentasi
Dokumentasi, berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat catatan harian dan sebagainya (Arikunto 2006 : 158).
Dokumentasi akan digunakan untuk :
1. Data kondisi geografis desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.
2. Data jumlah masyarakat
3. Kondisi fisik masyarakat desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.
6.4 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dalam suatu penelitian, karena analisis data berfungsi untuk menyampaikan hasil penelitian. Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif persentase, teknik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program KB vasektomi terhadap kesejahteraan perempuan di desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara. Rumus yang digunakan adalah :
Dp = - x 100 %
Keterangan :
Dp : Nilai persentase
n : skor butir angket jawaban siswa
N : Skor maksimum angket ( Muhammad Ali, 1998 : 186)
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengguanaan metode analisis ini adalah :
1. Membuat tabel distribusi jawaban angket
2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang ditetapkan
3. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden
4. Memasukan skor tersebut kedalam rumus
5. Hasil yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel kategori
7. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 6). Jakarta:PT Rineka Cipta
BKKBN. 2001. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Berwawasan Gender.Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2002. Bahan Pembelajaran Peningkatan Partisipasi Pria. Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan, Program, dan Kegiatan Tahun 2005-2009. Jakarta: BKKBN.
Fakih, Mansour. 2010. Analisis Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lestari, Diah. 2008. Peran Suami dan Istri Dalam Pengambilan Keputusan Keluarga di Perumnas Winong Kota Pati. Sripsi. Jurusan Sosiologi Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitan. Bandung: Alfabeta
. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
di beri read more neng,,,
BalasHapusfollow me
maksi buat ilmunya...
BalasHapusilmunya bermanfaat bangett,,apalagi bagi saya sebagai wanita yang tidak ingin ditindas oleh laki-laki
BalasHapus